- By
- 04 Feb 2022
- 568120
9 Model - Model Pembelajaran di Abad 21
9 Model- Model Pembelajaran di Abad 21
( sumber : https://naikpangkat.com/9-model-model-pembelajaran-di-abad-21/ )
Berkenaan dengan
model-model pembelajaran abad 21 yang dipandang potensial untuk
mengintegrasikan teknologi dan luwes diterapkan pada berbagai tingkatan usia,
jenjang pendidikan dan bidang studi, guru dapat menyesuaikan dengan kondisi
sekolah. Model-model pembelajaran dimaksud antara lain;
1. Discovery learning
belajar melalui penelusuran, penelitian,
penemuan, dan pembuktian. Contoh dalam pembelajaran guru menugaskan peserta
didik untuk menelusuri faktor penyebab terjadinya banjir di daerah setempat.
Peserta didik bekerja secara berkelompok menelurusi informasi dengan
mewawancarai penduduk disertai pelacakan informasi di internet (bimbingan
disesuaikan tingkatan usia) dan kemudian diminta untuk membuat kesimpulan
dilanjutkan presentasi.
2. Pembelajaran berbasis
proyek
proyek memiliki target tertentu dalam bentuk
produk dan peserta didik merencanakan cara untuk mencapai target dengan dipandu
oleh pertanyaan menantang. Contohnya pada peserta didik SMK Kewirausahaan
diberikan pertanyaan produk kreatif berbahan lokal seperti apakah yang memiliki
nilai tambah secara ekonomis? Peserta didik bisa mengikuti tahapan pembelajaran
seperti eksplorasi ide, mengembangkan gagasan, merealisasikan gagasan menjadi
prototipe produk, melakukan uji coba produk, dan memasarkan produk. Pada
prosesnya peserta didik bisa memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi
bagi upaya pengembangan gagasan, membuat sketsa produk menggunakan software
tertentu, menguji produk melalui respon pasar dengan google survey dan
sebagainya.
3. Pembelajaran berbasis
proyek
belajar berdasarkan masalah dengan solusi “open
ended”, melalui penelusuran dan penyelidikan sehingga dapat ditemukan banyak
solusi masalah. Contohnya mengatasi masalah pencemaran udara akibat asap
kendaraan bermotor. Peserta didik bisa mengeksplorasi lingkungan memanfaatkan
sumber-sumber fisik diperkaya sumber-sumber digital, menggali pengalaman orang
lain atau contoh nyata penyelesaian masalah dari beragam sudut pandang. Peserta
didik terlatih untuk menghasilkan gagasan baru, kreatif, berpikir tingkat
tinggi, kritis, berlatih komunikasi, berbagi, lebih terbuka bersosialisasi
dalam konteks pemecahanmasalah.
4. Belajar berdasarkan
pengalaman sendiri (Self Directed Learning/SDL)
SDL merupakan proses di mana insiatif belajar
dengan/atau tanpa bantuan pihak lain dilakukan oleh peserta didik sendiri mulai
dari mendiagnosis kebutuhan belajar sendiri, merumuskan tujuan,
mengidentifikasi sumber, memilih dan menjalankan strategi belajar, dan
mengevaluasi belajarnya sendiri. Contoh guru bisa membantu peserta didik
mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik atau mulai dari kemampuan apa
yang ingin dikuasai. Misalnya ingin menguasai cara melukis menggunakan software
corel draw maka guru bisa membantupeserta didik merumuskan tujuan-tujuan
penting yang dapat membantu mencapai tujuannya. Peserta didik belajar mandiri
mengeskplorasi tutorialnya melalui youtube, menerapkan, dan mengevaluasi
kemampuannya.
5. Pembelajaran
kontekstual (melakukan)
guru mengaitkan materi yang dipelajari dengan
situasi dunia nyata peserta didik sehingga memungkinkan peserta didik menangkap
makna dari yang pelajari, mengkaitkan pengetahuan baru dengan pegetahuan dan
pengalaman yang sudah dimiliki. Contoh dalam pembelajaran bentuk-bentuk tulang
daun guru menugaskan kepada peserta didik secara berkelompok mengeksplorasi
melalui internet. Guru menginginkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman
bermakna yang mendalam dan dapat mengkaitkan apa yang dipelajari dengan
kehidupan nyata. Pada PAUD dan sekolah dasar kelas rendah bisa saja peserta
didik belum bisa membedakan secara nyata perbedaan kelenturan dan kekuatan tulang
daun dari setiap bentuk yang berbeda, sehingga diperlukan pengalaman
langsung.
6. Bermain peran dan
simulasi
Peserta didik bisa diajak untuk bermain peran
dan menirukan adegan, gerak/model/pola/prosedur tertentu. Misalnya seorang guru
menggunakan tayangan video dari youtube, peserta didik diminta mencermati alur
cerita dan peran dari tokoh-tokoh yang ada kemudian berlatih sesuai tokoh yang
diperankan. Pada tataran lebih kompleks membuat cerita sendiri kemudian
memperagakannya dengan bermain peran.
7. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif; merupakan bentuk
pembelajaran berdasarkan faham kontruktivistik. Peserta didik berkelompok kecil
dengan tugas yang sama saling bekerjasama dan membantu untuk mencapai tujuan
bersama. Ada beberapa teknik cooperative learning yang akan dijelaskan disini,
empat teknik yang pertama di antaranya dikembangkan oleh Robert Slavin (1991)
yaitu STAD, TGT, TAI, dan CIRC.
8. Pembelajaran
kolaboratif
merupakan belajar dalam tim dengan tugas yang
berbeda untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kolaboratif lebih cocok
untuk peserta didik yang sudah menjelang dewasa. Kolaborasi bisa dilakukan
dengan bantuan teknologi misalnya melalui dialog elektronik, teknologi untuk
menengahi dan memonitor interaksi, dimana masing-masing pihak memegang kendali
dirinya dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama. Fasilitasi bisa
diberikan oleh guru, ketua kelompok pelatih online maupun mentor.
9. Diskusi kelompok
kecil
diskusi kelompok kecil diorientasikan untuk
berbagai pengetahuan dan pengalaman serta untuk melatih komunikasi lompok kecil
tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait
materi pokok dan persoalan yangihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Diskusi
kelompok kecil bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa karena lebih
banyak siswa yang dilibatkan. Jumlah kelompok diskusi antara empat sampai lima
orang. Metode diskusi digunakan untuk melatih kecakapan berpikir, kecakapan
berkomunikasi, kemampuan kepemimpinan, debat, dan kompromi.
( sumber : https://naikpangkat.com/9-model-model-pembelajaran-di-abad-21/ )